“Kenapa tidak orang berebut jadi caleg?, peluangnya lebih besar, hanya satu berbanding ratusan, coba kalau jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) satu berbanding ribuan dan gajinya anggota legislatif juga lebih besar dari PNS...”
Tenang aja bro, aku tidak akan mengulas tentang rumit dan meriahnya politik di negara kita ini. Aku hanya akan menceritakan apa yang aku lihat, dengar dan aku rasakan di sekitarku.
Disepanjang jalan di Bumei Pat Petulai ini, banyak sekali kita temui bendera-bendera dari berbagai macam partai mungkin 38 partai ada semua hehehehehe. Tak hanya bendera, berbagai macam sepanduk, umbul-umbul, baliho berbagai macam ukuran juga turut memeriahkan menyambut pesta besar bangsa Indonesia pada bulan April nantinya. Dan aku yakin di daerah lainnya di seluruh pelosok Indonesia juga juga pastinya tak berbeda jauh dengan keadaan dan suasana disini.
Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, tak hanya orang dewasa yang ikut memeriahkannya, anak-anak kecil pun turut bersemangat. Itu juga terjadi dengan teman-teman di sekelilingku yang tentu saja inilah yang menjadi topik utama dari tulisanku ini.
Dengan banyaknya jumlah partai yang ada di Indonesia ini, tidak menutup kemungkinan malah membuat masyarakat awam menjadi bingung, bukan hanya itu, Calon Legislatif (caleg) juga bermunculan dengan janji-janji manisnya masing-masing. Ah, bukannya aku pesimis bro, tapi kan sudah sering terbukti dari tahun ke tahun kalau janji tinggal janji, hehehehehehehe.
Semangat untuk caleg-caleg baru bermunculan, baik dari calegnya secara langsung maupun dari tim sukses dan pendukung-pendukungnya. Berbagai atribut di sebarkan, bermacam-macam bentuknya yang pasti tujuannya untuk memikat hati pemilih. Tim sukses juga melakukan bermacam-macam cara dan upaya, baik itu yang termanajemen rapi atau hanya sekedar membantu teman atau saudara yang menjadi caleg.
Antusias sekali, tak hanya teman-teman faskel ku, teman-teman BKM, KSM, Relawan juga, kalau tak jadi calegnya jadi tim sukses dan pendukungnya pun jadilah. Setiap ada pertemuan di Kelurahan/Desa tak jarang ada yang sedikit-sedikit menyisipkan “pesan pemilu”, baik di sela-sela acara kegiatan ataupun pada forum di luar acara. “sudo ade pilihan lum,kalo lum ade pilih iko...” atau “bulan April, jangan lupa conteng nomor sekian..” dan itu sudah jadi pemakluman di antara kita.
Meriahnya Pesta Rakyat ini bisa juga dilihat dari daerah pemukiman, dari 10 rumah yang berbaris, 10 bendera partai juga yang berbaris, sampai dengan semangatnya ada yang dengan rela mencat rumahnya sesuai warna partai pilihannya, tapi tenang saja kawan, walau bertetangga beda partai tapi mereka tetap satu, kan warga Indonesia.
Itu baru gambaran kecil suasana di Bumei Pat Petulai ini, dan sering sambil keliling desa aku tersenyum-senyum sendiri melihat keadaan ini.
Sebetulnya ada sedikit kekhawatiran di benakku tentang pesta rakyat ini. Yang pertama yaitu dari caleg-caleg yang tumbuh bagaikan rumput ilalang di musim penghujan. Bukan ber negative thinking sih, Sering sekali berputar-putar di kepala ku pertanyaan “Kenapa orang berlomba-lomba untuk duduk menjadi Legislatif baik di tingkat pusat maupun Daerah?” Padahal sangat besar tanggung jawab dan amanah yang terkandung di jabatan itu. Tidakkah mereka paham dan mengerti itu?
Sori bro, agak berat sedikit pembahasan kita, tapi inilah pertanyaan-pertanyaan yang sering menghantuiku dalam keadaan ini. Memang selama ini aku sangat awam dengan kegiatan politik ini, atau bisa dikatakan sungguh aku tidak mau peduli, tapi lingkungan pekerjaan ku ini mau tidak mau membawaku dan sungguh aku syukuri aku mendapat banyak pelajaran tentang dunia pemilu ini.
Menjadi Pejabat atau pemimpin adalah hal yang paling sulit dan mengandung beban moral, itu artinya nasib seluruh rakyat menjadi tanggung jawabnya. Semua keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan akan menjadi tanggung jawabnya yang harus di pertanggung jawabkan baik di dunia maupun di akherat. Tapi kenapa orang masih berlomba-lomba?
Seluruh cara dan upaya dilakukan untuk menarik massa, tak jarang telah habis Tenaga, pikiran dan juga materi untuk memenuhi kebutuhan menarik massa sebanyak-banyaknya, dan juga terkandang money politic pun berbicara. Sering aku bertanya dengan teman-temanku, apakah tujuan orang ingin menjadi anggota legislatif? Jawabannya bermacam-macam, ada yang serius dan ada juga yang sambil bercanda, misalnya:
1. Untuk kemaslahatan dan kemajuan bangsa
2. Perbaikan kehidupan bangsa dan juga diri legislatif itu sendiri
3. Mencari pengalaman
4. Perbaikan perekonomian bangsa dan keluarga
5. Perbaikan taraf hidup
6. dan lain-lain
Dari jawaban yang ku dapat selain yang sesuai dengan nilai-nilai luhur sebagian karena tuntutan perekonomian, ah... lagi-lagi uang, kenapa tujuan tak jauh-jauh dari uang. Besarnya penghasilan menjadi anggota legislatif adalah bagaikan buah yang ranum, yang di perebutkan semua orang untuk mencicipinya. Tidakkah terpikir oleh mereka akan buah kuldi yang telah menyebabkan Nabi Adam, As dan Siti Hawa turun ke bumi?
Kalau tujuannya memperbaiki perekonomian keluarga? Apakah tidak ada cara lain? Pernah sambil bercanda terdengar opini yang sedikit menggelitik hati alasan orang-orang berebut menjadi caleg. “Kenapa tidak orang berebut jadi caleg?, peluangnya lebih besar, hanya satu berbanding ratusan, coba kalau jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) satu berbanding ribuan dan gajinya anggota legislatif juga lebih besar dari PNS...”. hehehehehe
Ya begitulah politik kawan!, (mengutip perkataan arai (laskar pelangi)), tapi harapan saya untuk Anggota Legislatif yang nantinya terpilih dapat benar-benar mendukung dan berpihak kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Karena ini adalah beban moral yang akan di pertanggung jawabkan baik di dunia maupun di akherat, kalu tidak kuat untuk ini kenapa tidak sebaiknya anda mundur dengan teratur saja....
Amibae, 9 Maret 2009